Minggu, 24 Oktober 2010

PENGANTIN BARU SAJA BERISIKO

Pengantin baru punya risiko? hmmm.... Risikonya: enak, sakit atau kedua-duanya? Wah, saya gak ingin ngomong macem-macem lho, Bro! Saya mau membawa Anda pada sebuah pemahaman yang mudah saja, karena setiap orang ingin menjadi pengantin baru (bagi yang sudah married pun -maunya- jadi pengantin baru terus, apalagi yang belum). Wkwkkwkwa....

Saya mau ngomong soal forex nih,...Ada banyak teman yang suka mengeluh kalau dikenalkan pada bisnis forex. Sebagian besar mengeluh dengan kalimat, "Ah terlalu berisiko!"

Woke...! Saya bilang, "pengantin baru pun berisiko. Apa tanggung jawab setelah itu adalah sebuah risiko."

Otak kita memang lebih banyak memunculkan rasa khawatir yang belum tentu terjadi. Kita khawatir anak kita sakit, khawatir jika besok hujan, khawatir teman yang diundang tidak datang, dan banyak pikiran buruk lainnya.



Sebagai ibu rumah tangga dan istri, setiap hari sering muncul pikiran khawatir.. Khawatir tagihan listrik naik, rekening telepon mahal dan sebagainya. Akibatnya, mengeluh pada suami. Keluhan-keluhan tersebut ternyata menjadi beban suami. Sang suami yang seharusnya fokus bekerja dengan giat agar mendapatkan rezeki, akhirnya menjadi terganggu pikirannya akibat keluhan istri. Jika sang suami seorang trader forex, istri mengeluh manakala melihat trading suami floating, "wah untuk apa dipertahankan bisnis forex ini, selalu berakhir dengan loss." Wah, belum apa-apa sudah mengeluh negatif seperti itu, suami stress dan cut loss tradingnya. Setelah itu harga bergerak sesuai arah transkasinya. Tambah stress...hmmm..!

Maka saya perlu mengingatkan sama istri-istri trader nih, jangan punya hobby mengeluh! Katakan:

"Saya tidak akan mengeluh, saya ingin bahagia dan ceria. Ketika saya ingin mengeluh pada suami, maka hal pertama yang saya ingat adalah saya tidak suka jika mendengar keluhan. Sehingga saya tidak jadi mengeluh pada suami. Saya atasi masalah yang ingin dikeluhkan. Saya cari solusi, sumber keluhan yang tidak jadi dikeluarkan tadi."

Begitu ibu-ibu...!

Kalau lagi lihat suami floating minus, ya dikasih motivasi yang baik, diingatkan, suami agar selalu taat sistem dan sebaginya. Maka pengetahuan forex istri juga harus ditanamkan kalau suami punya bisnis forex. Suami jangan egois... Suami trading harus ada dukungan istri terlebih dahulu. Woke?

Nah, mau terjun forex, pasangan ini harus mengerti risiko juga. Kalau belum berkeluarga, mungkin perlu berbagi dengan keluarganya. Ini penting, Bro! Pihak-pihak ini harus jauh dari ketakutan risiko terhadap forex.

Cengkraman Hantu Risiko

Yang mau menikah takut risiko kehiangan zona nyaman yang didapat dalam keluarga, takut suami atau istri menyeleweng, takut dipoligami, takut risiko gagal membangun rumah tangga dan bercerai. Intinya takut ambil risiko dalam perkawinan.

Yang mau berwiraswata juga takut setengah mati pada kerugian, takut risiko usahanya tidak untung, takut situasi krisis tidak juga mereda, dll.

Yang mau trading forex, takut gagal dan memperburuk keadaan, takut sebagai perjudian, takut hanya membuang-buang uang, dll.

Nah, kalau masalahnya sudah terpetakan semacam itu, terus bagaimana dong pemecahannya? Ya, sebelumnya saya tegaskan saya memang sudah menikah, tetapi bukan konsultan perkawinan. Saya pun sudah coba-coba trading forex, tetapi belum apa-apanya dibanding para master forex di negeri kita ini. Kalau saya hanyalah Pangeran Trading dari negeri kegelapan saja wkwkwkwka....

Jadi kalau menurut analisa saya yang hanya seorang trader dari kegelapan, yang paling saya kuasai ya trading forex versi "udelku dhewe". Jadi izinkan saya melakukan penyederhanaan-penyederhanaan yang -mohon maaf sebelumnya- apabila tidak bisa dipertanggungjawabkan kualitasnya.

Kalau menurut saya, "hantu" diatas sesungguhnya bisa dikristalkan pada masalah risiko. Mau kawin ada risikonya, mau wiraswasta ada risikonya, mau trading forex juga ada risikonya. Ini mengingatkan saya pada statement Bob Sadino, " Orang hidup saja ada risikonya, apalagi berbisnis..." Makanya, apa pun yang kita lakukan apa pun yang tidak kita lakukan sama saja, selalu mengandung risiko. Bahkan mau jadi pengantin baru saja selalu ada risikonya... piye jal!

Hanya saja, sebaiknya kita cukup fair dalam memandang risiko. Ada risiko gagal, ada risiko berhasil, kan? Ada risiko buruk, juga ada risiko baik, kan? Jadi, ketika mengahadapi hantu-hantu dalam perkawinan, wiraswasta atau forex sekalipun, usahakan kita bisa memiliki perspektif yang seimbang... Bagaimana caranya? Waduh!!! Tambah gelap negeriku....

Begini saja, Bob sadino pernah mengatakan, "kalau mau berwiraswasta, jangan baca buku wiraswasta yang ditulis oleh orang yang tidak pernah berwiraswasta..." intinya ya, Bob menyarankan supaya belajar dengan orang yang sudah pengalaman dan terjun langsung dan mengalami sendiri prosesnya.

Dalam hal ini, Anda yang ingin terjun ke forex harus punya buku tentang forex dong! Agar bisa belajar dari trader yang telah pengalaman dalam lossnya. Sehingga Anda tidak akan terperosok dalam lubang yang sama. Eh, ngomong-ngomong, saya juga menulis buku forex lho! Wkwkwkwkw... Nitip iklan sebentar mosok gak boleh, hihihihi!

Forex adalah bisnis berisiko, dan risiko ini harus dipahami sebelum Anda benar-benar melepas uang Anda. Anda menangkap maksud saya, bukan? Untuk mendapatkan preferensi terbaik -yang bisa kita jadikan sebagai bahan atau landasan mengambil keputusan dan bertindak- bertanyalah, berdiskusilah, atau belajar kepada orang yang menguasai persoalannya. Orang yang kompeten karena memang pernah mendalami, mengalami, belajar dari situ dan memang hidup di bidang tersebut.

Woke, Anda sudah memahami risikonya, sudah mengambil posisi pada derajat mana risiko siap Anda tanggung, dan juga sudah mendapatkan preferensi dari sumber yang berkompeten. Cafe Trader memang untuk Anda.... Indosiar itu untuk mereka..!

Kalau mau menjadi pengantin baru lagi, ya siapkan risikonya, wkwkwkwkwkk!!!!

Woke woke woke....

Nah, agar tidak benar-benar dihantui oleh risiko, baiknya Anda perhatikan hal-hal berikut:


Keluar dari pasar saat target untung telah dicapai.

Membuat metodologi trading yang disiplin dengan menempatkan target keutungan (take profit) yang kita kehendaki sangatlah penting. Hal ini membantu trader untuk mengatur batas keuntungan yang hendak dicapai, kemudian keluar dari market jika sudah tercapai, sekaligus beristirahat memantau pasar, dan mempersiapkan analisa untuk posisi berikutnya.


Batasi Kerugian
Stop loss merupakan hal yang sama dengan Take profit, yang membantu investor untuk keluar dari market apabila mengalami loss. Dengan membatasi kerugian pada posisi tertentu, Stop loss membantu investor untuk mengontrol resiko mereka. Bagi trader ahli, stop loss model ini bisa diabaikan, dan digantikan dengan stop loss psikologis, di mana trader sudah tahu kapan saatnya keluar dan melakukan cut loss.


Menempatakan Stop dan Take profit dengan benar
Dimana trader menempatkan stop loss atau take profit tergantung seberapa besar mereka mampu menanggung resiko yang ada. Disarankan untuk tidak meletakkan stop loss terlalu dekat pada harga normal dari market karena akan sangat mudah tersentuh. Take protif harus mencerminkan keuntungan yang anda harapkan, dan juga bergantung pada aktivitas harga pada market, tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat dengan harga pasar saat itu, juga disesuaikan dengan besarnya rentang pergerakan grafik.

Menganalisa sambil trading Forex
Analisa teknikal dan fundamental perlu dipahami, walaupun tidak 100% akurat, namun akan memberikan dasar untuk mengambil keputusan. Beberapa analisa jitu yang Anda buat akan membuat Anda semakin percaya diri, dan hal ini bagus selama kepercayaan diri tidak berlebih dan menjurus pada trading yang berlebihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar